ANTARA HULAGU KHAN DAN DIRILIS ERTUGRUL

Advertisement

Penawaran Terbatas! Paket Data 25GB Hanya Rp 90.000


Dapatkan kuota besar 25GB untuk semua nomor AS, Loop, dan simPATI hanya dengan Rp 90.000, berlaku selama 30 hari! Internet lancar tanpa khawatir kehabisan kuota, cocok untuk streaming, gaming, dan browsing sepuasnya!

Aktifkan sekarang dan nikmati kebebasan internet!

Read More Beli Paket
Advertisement

 ANTARA HULAGU KHAN DAN DIRILIS ERTUGRUL - Dalam serial Dirilis Ertugrul season 5, dikisahkan, wilayah Anatolia telah jatuh ke dalam penguasaan bangsa Mongolia. Saat itu pemimpinnya bernama Hulagu IlKhan.

Tokoh ini adalah cucu dari Jenghis Khan. Ayahnya bernama Tolui, dan ibunya bernana Sorghaghtani Beki, seorang putri suku Kerait yang berpengaruh. Lahir pada tahun 1215 M. Tidak banyak yang diketahui tentang masa kecil Hulagu kecuali anekdot yang dikisahkan dalam Jami 'al-Tawarikh dan dia pernah bertemu kakeknya Jenghis Khan bersama-sama dengan Kubilai pada tahun 1224 M.
ANTARA HULAGU KHAN DAN DIRILIS ERTUGRUL


Kakak Hulagu, Möngke Khan (1251-1259 M), dinobatkan menjadi Khagan Imperium Mongolia pada tahun 1251 M, dan melanjutkan misi penaklukan yang sempat terhenti karena masalah suksesi (Baca tulisan kami sebelumnya : Antara Mongke Khan dan Kurulus Osman). Kepada Hulagu, Monke Khan menetapkan dua target utama yaitu; Pertama, menghancurkan kaum Ismailiyah yang berpusat di Alamut. Kedua, menguasai seluruh dunia Islam yang masih tersisa sampai ke ujung Mesir.
Mongke Khan memobilisasi pasukan yang sangat besar pada tahun 1253 M. Seperlimanya diberikan kepada Hulagu yang kemudian membawa pasukannya berangkat meninggalkan ibukota Mongol, Karakorum. Di perjalanan, Hulagu juga mendapat bala bantuan dari para gubernur dan penduduk di daerah yang mereka lalui. Berbagai macam makanan dan minuman disediakan oleh penduduk di setiap tahap perjalanan, bahkan mereka tak segan untuk membersihkan jalan yang dilalui oleh pasukan Hulagu dari segala duri dan bebatuan, sebagaimana mereka juga mempersiapkan sejumlah perahu yang dapat digunakan oleh pasukan Hulagu untuk menyeberangi sungai-sungai yang cukup besar. Bantuan personil pun diberikan oleh para gubernur dan pejabat kotasetempat untuk bergabung bersama pasukan Hulagu. Hingga ketika masuk bulan Sya’ban 653 H/ 1255 M sampailah pasukan Hulagu di Samarkand. Mereka menetap sementara di sanaselama empat puluh hari. Kemudian melanjutkan perjalanan menuju kota Kesh (Shahrisabz). Di sana mereka disambut oleh sejumlah gubernur dan para pembesar Khurasan, dengan mempersembahkan berbagai hadiah tanda ketundukan mereka terhadap bangsa Mongol.
Pasukan Hulagu berada di kota tersebut selama kurang lebih satu bulan. Di sana Hulagu mengirim surat kepada para raja dan sultan di negeri tetangga untuk meminta bantuan agar dapat menghancurkan benteng-benteng kaum Assassin dan menaklukkan wilayah tersebut. Sebagai imbalannya, mereka dijanjikan akan dibiarkan memimpin wilayahnya tanpa diganggu sedikit pun. Namun jika mereka menolak untuk memberikan bantuan, maka mereka diancam akan bernasib sama dengan penguasa wilayah Ismailiyah.
Pada bulan Dzulhijjah 653 H/Januari 1256 M, Hulagu mengeluarkan instruksi untuk menghentikan seluruh perahu dan kapal yang melintasi sungai Jaihun agar mereka dapat membangun sebuah jembatan di atasnya untuk dilintasi oleh pasukan Mongol yang akan mengarah ke wilayah Assassin.
Di seberang jembatan itu merupakan padang Sheberghan dekat kota Balkh. Setelah menghabiskan musim dingin di sana, Hulagu melanjutkan perjalanannya menuju langsung ke benteng-benteng Ismailiyah. Dengan mudah ia menghancurkan Lurs, dan para Assassin menyerahkan benteng mereka yang tak tertembus di Alamut tanpa perlawanan, menerima kesepakatan yang menyelamatkan nyawa rakyat mereka pada awal 1256. Namun orang-orang Mongol tetap menangkap dan membantai mereka. Salah satu yang ditawan adalah Nashiruddin At Thusi yang kemudian menjadi penasehatnya. Kehancuran ini menimbulkan anggapan bahwa komunitas dan sebagian besar literaturnya telah musnah. Hulagu kemudian memilih Azerbaijan sebagai basis kekuatannya, dan memerintahkan Baichu Noyan untuk mundur ke Anatolia.

PENAKLUKAN BAGHDAD

Setelah Hulagu berhasil mengalahkan kelompok Assasin, maka ia pun melanjutkan perjalanannya untuk menguasai Baghdaddan menaklukkan kekhalifahan Abbasiyah. Ketika itu kekhalifahan Abbasiyah memang sudah semakin tua, karena sudah terlihat padanya tanda-tanda keruntuhan dan semakin lemah. Faktanya, akar disintegrasi dan kelemahan itu telah menjalar di tubuh kekhalifahan Abbasiyah jauh sebelum kedatangan bangsa Mongol. Tali pengikat yang dahulu pernah menyatukan kekhalifahan Abbasiyah di berbagai wilayah telah makin melonggar, karena sudah banyak sekali daerah yang memisahkan diri darinya.
Hulagu mengirim surat kepada Khalifah di tahun 655 H/ 1257 M. Pada surat itu ia menuliskan, “Pernah kami mengutus orang-orang kami kepadamu saat penaklukan benteng-benteng orang tak bertuhan; kami memintamu untuk mengirimkan bala bantuan berupa prajurit, namun Anda tidak mengindahkan permintaan kami dengan tidak mengirimkan bala bantuan, padahal untuk menunjukkan kepatuhan dan persatuan seharusnya Anda mengirimkan kami sejumlah pasukan untuk membantu kami menumpas para tiran itu. Anda pasti sudah mendengar dari mulut orang terdekat ataupun masyarakat umum bagaimana dunia dan semesta alam ini bertekuk lutut di bawah kaki pasukan Mongol, sejak era Jenghis Khan hingga hari ini. Anda pasti sudah mendengar bagaimana kami menaklukan keluarga istana Khawarizmia, Saljuk, Daylam, Atabek, dan keluarga istana negeri lain yang punya kehormatan dan keagungan di mata rakyat dan dunia. Semua itu kami lakukan atas kehendak dari langit. Pintu Baghdad belum pernah ditutup sebelumnya di hadapan kerajaan-kerajaan itu, lalu mengapa sekarang pintu itu tertutup di hadapan kami, padahal Anda tahu bagaimana kemampuan dan kekuasaan kami?
Kami telah sarankan kepada Anda sebelumnya, dan sekarang kami beritahukan, berhati-hatilah dengan siapa yang Anda benci dan dengan siapa yang Anda musuhi. Janganlah Anda memukul debu dengan kepalan tangan Anda, dan janganlah Anda mengolesi matahari dengan lumpur, karena hal itu hanya membuat Anda lelah (tanpa mendapatkan hasil apapun)”
Lalu Hulagu berkata kepada pembawa suratnya, “Kita akan memaafkannya atas apa yang ia sudah perbuat. Apa yang sudah berlalu biarlah berlalu. Apabila saat ini khalifah bersedia untuk patuh, maka perintahkan ia untuk meruntuhkan tembok kotanya, menguruk kembali parit yang sudah digalinya, serahkan kepemimpinan kepada anaknya, dan datangi kita untuk melakukan pertemuan. Jika ia tidak mau datang, maka utuslah dua orang menteri, Sulaiman Syah dan Abdullah bin Abek untuk menemui dan membujuknya. Apabila ia sudah terbujuk, maka tidak perlu ada permusuhan dan peperangan, kita akan biarkan ia dengan negerinya, pasukannya, dan rakyatnya, tanpa tersentuh. Sedangkan jika ia tidak juga mau mendengarkan nasehat mereka dan memilih untuk berperang, maka berapapun prajuritnya dan dimanapun tempatnya, kita akan siap untuk berperang dengannya”.
Hulagu melanjutkan dalam suratnya, “Apabila aku sudah menggerakkan pasukanku menuju Baghdad dengan membawa kemarahan, maka meskipun Anda bersembunyi di atas langit atau di bawah bumi sekalipun, aku akan membawa Anda turun dari atas langit atau mengeluarkan Anda dari dalam bumi, aku akan menerkam Anda seperti singa menerkam mangsanya, aku tidak akan membiarkan satu orang pun hidup di kerajaan Anda, aku akan membuat kota Anda dan wilayah kekuasaan Anda menjadi lautan api. Apabila Anda masih menyayangi nyawa Anda sendiri dan juga keluarga Anda, maka dengarkanlah nasehatku dengan pikiran yang jernih dan kecerdasan, jika tidak maka aku ingin melihat bagaimana kehendak langit menentukan nasib Anda nantinya.”
Setelah membaca surat tersebut, Khalifah Al-Musta’shim Billah (1242-1258 M) menolak untuk patuh. Sebagai balasan Ia menulis, “Wahai pemuda bau kencur yang berharap memiliki istana termegah di dunia, pemuda bau kencur yang berpikir bahwa dirinya sudah mengalahkan seluruh alam dalam dua hari, pemuda bau kencur yang mengira urusannya sebagai takdir yang pasti terjadi. Mengapa kamu meminta dariku sesuatu yang tidak akan kamu dapatkan?
Apakah kamu tidak tahu diriku ini seorang penguasa dari Timur hingga ke Barat, dari para sultan hingga para pengemis, dari orang tua hingga anak kecil. Siapapun yang beriman kepada Allah dan mengerti tentang agama, mereka semuanya adalah budak istana ini dan prajuritku.
Ketika aku menunjuk agar semua berkumpul, maka aku akan mulai dengan menyesakkan Iran penuh dengan manusia, lalu aku akan berpaling ke negeri Turan dan aku posisikan setiap orang di tempatnya. Ketika itu seluruh permukaan bumi akan dirundung kekacauan dan kekhawatiran, hanya saja aku tidak menginginkan adanya permusuhan dan peperangan, aku tidak mau membuat celaka siapapun atau menyakiti mereka, sebagaimana aku juga tidak mau ada pujian atau cacian dari rakyatku karena melihat banyaknya prajurit di kota mereka. Apalagi aku dengan Khagan mu seperti satu hati dan satu lisan, mengerti satu sama lain. Jika kamu sama sepertiku, hanya ingin menanamkan benih cinta, lalu apa urusanmu dengan parit-parit rakyatku dan tembok mereka. Ambillah jalan yang kamu lalui sebelumnya dan kembalilah ke Khurasan. Namun jika kamu menginginkan perang dan pertempuran, maka jangan tunggu apa-apa lagi dan jangan mencari-cari alasan. Jika kamu sudah yakin ingin berperang, maka ketahuilah bahwa aku punya ribuan bahkan jutaan pasukan, dan mereka semua telah siap untuk berperang. Mereka sudah siap untuk menghapus buih dari air laut meskipun itu tidak mungkin.”
Pembawa surat khalifah pun tiba di hadapan Hulagu, dan ketika mengetahui isi suratdari khalifah dan diberitahukan bagaimana nasib utusannya di Baghdad, iapun marah besar. Lalu ia menyuruh utusan khalifah untuk kembali dan membawa surat lain sebagai peringatan terakhir. Surattersebut ditulis dengan bahasa yang keras dan kasar. Ia menuliskan, ‘Anda telah terbuai dengan kecintaan akan ketenaran dan harta, hingga menjadi takjub dan tertipu dengan kekuasaan yang fana. Tidak ada pengaruh sama sekali bagi diri Anda nasehat yang baik, telinga Anda sepertinya sudah tersumbat hingga tidak mau mendengarkan saran dari orang yang kasihan kepada Anda. Anda telah menyimpang dari jalan orangtua dan kakek moyang Anda. Maka Anda harus benar-benar siap untuk menghadapi peperangan dan pertempuran, karena aku akan pergi ke Baghdadbersama pasukan yang banyaknya seperti semut dan belalang. Kalaupun seandainya keadaan nanti tidak seperti yang diramalkan maka itu adalah kehendak dari langit"
Sebelum benar-benar berangkat ke Baghdad, Hulagu terlebih dahulu meminta pendapat dari ahli perbintangan tentang bagaimana ramalan nasib baik dan nahasnya. Hisamuddin, ahli ilmu falak yang selalu menemani Hulagu atas perintah Monke Khan, selalu berusaha mencegah Hulagu untuk melakukan serangan terhadap Baghdad.Ia berkata, “Faktanya setiap raja yang bersikap ceroboh, bahkan termasuk saat ini, untuk menyakiti khalifah dan menyerang pasukan Baghdad, maka tidak akan tersisa baginya kekuasaan, dan tidak pula kehidupan. Apabila penguasa tidak mau mendengarkan nasehatku dan bersiteguh untuk melakukan serangan itu maka akan ada enam musibah besar yang akan terjadi; Pertama, semua kuda akan mati dan para prajurit akan jatuh sakit. Kedua, matahari tidak akan terbit kembali.Ketiga, pepohonan tidak akan tumbuh lagi.Keempat, hujan tidak akan turun lagi.Kelima, angin akan berhembus dengan sangat kencang dan bumi akan diguncang dengan sejumlah gempa. Keenam, Khan Agung akan wafat pada tahun ini"
Namun Hulagu juga mendapatkan masukan dari para petinggi negara bahwa pergi ke Baghdad akan mendatangkan maslahat. Karena itu agar ada opini ketiga yang menengahi, maka Hulagu Khan memanggil Nashiruddin Ath-Thusi untuk meminta petunjuk darinya. Dikarenakan kebenciannya terhadap khalifah dan keinginannya untuk menjatuhkan khalifah, maka ia mengeluarkan pendapatnya yang bertentangan sama sekali dengan pendapat Hisamuddin. Hingga akhirnya Hulagu merasa yakin bahwa tidak ada lagi penghalang yang dapat menghentikan invasi yang akan dilakukannya. Karena bukan hanya itu saja yang menjadi sumber keyakinan Hulagu, ia juga mendapatkan informasi lain yang membuat ramalan Hisamuddin terbantahkan. Diceritakan kepadanya bahwa para sahabat Nabi banyak yang meninggal dunia ketika mempertahankan agama mereka, namun begitu tidak ada bencana yang dijatuhkan. Kalau dikatakan itu hanya khusus pada Zaman Nabi saja, maka banyak pula khalifah yang terbunuh tanpa ada apapun yang terjadi. Nashiruddin Ath-Thusi mengambil contoh Thahir bin Husain, panglima Al-Ma’mun (813-833 M) yang membunuh Muhammad Al-Amin (809-813 M). Begitu juga dengan para amir yang berkonspirasi membunuh Khalifah Al-Mutawakkil (847-861 M), Al-Muntansir (861-862 M), Al-Mu’taz (866-869 M), dan khalifah lainnya.“
Setelah mendapatkan informasi tersebut, Hulagu langsung mengeluarkan instruksinya agar seluruh pasukan Mongol yang di Anatolia bergerak melalui jalan Arbil dan Mosul, menuju Baghdad untuk mengepung kota tersebut dari sisi barat, lalu menunggu hingga datang pasukan Hulagu lainnya dari sisi timur.
Sementara itu Kitbuqa, panglima terbaik Hulagu, mengambil sayap kiri kota Baghdad melalui jalan Lorestan dan Khuzestan. Para pejabat tinggi Mongoliamengambil jalan Kurdistan untuk mencapai ke Baghdad. Lalu pada awal bulan Muharram 625 H/ 1257 M, Hulagu tiba di sungai Tigris dari arah Hamadan melalui jalan Kermansyah dan Halwan. Pada perang itu Hulagu membawa serta amir Argon, paranormal Nashiruddin Ath-Tusi, Menteri Saifuddin, dan sejarahwan Alauddin Atha’ Al-]uwaini“
Sebelum perang berlangsung, Hulagu sudah mendapatkan tenaga tambahan dari penduduk yang bermukim di pegunungan Irak dengan imbalan sejumlah uang. Lalu ia juga mendapat bantuan bala tentara lainnya dari Sulaiman Syah. Selain itu Badruddin Lu’lu dari Mosul dan juga Atabek Abu Bakar dari Persia memberikan bantuan kepada Hulagu berupa bantuan materi dan tenaga.
Ketika kekuatan Mongolia dirasa sudah cukup, maka Hulagu mulai mendirikan tenda-tendanya di luar kota Baghdad. Sementara itu pasukan yang dipersiapkan oleh khalifah yang dipimpin oleh Mujahiduddin berusaha untuk menghalau bangsa Mongol di tempat mereka, namun pasukan itu berhasil dikalahkan, hingga banyak pasukan khalifah yang tewas. Tapi Mujahiduddin tetap melanjutkan peperangan meski dengan membawa segelintir pasukan saja.
Pada tanggal 29 Januari 1258, kota Baghdad mulai dikepung dibawah pimpinan Guo Khan. Lalu pada tanggal 22 Muharram 656 H/1258 M, pengepungan mulai diperketat di sekeliling kota Baghdad dan berlanjut hingga akhir bulan tersebut. Selama periode itu pasukan Mongol melakukan pengrusakan di sekitar benteng kota, hingga mereka berhasil memasuki menara dan mengambil alih seluruh sisi timur benteng kota dengan beberapa serangan yang mereka lakukan pada tanggal 5 Pebruari 1258 M.
Ketika khalifah menyadari bahwa posisinya sudah terjepit, ia mulai berusaha mengambil hati pasukan Mongol dan mencegah mereka dari tekad untuk menyelesaikan penaklukan dengan mengutus negosiator dan memberikan berbagai macam hadiah. Namun Hulagu tidak menanggapi hal tersebut.
Lalu khalifah menemui salah seorang menterinya, Muayyiduddin Al- Alqami, untuk bertanya apa yang harus ia lakukan. Menteri itu mengisyarat-kan kepada khalifah agar ia sendiri yang harus keluar untuk menemui Hulagu dan bernegosiasi langsung dengannya. Khalifah setuju dengan saran tersebut. Lalu ia mengutus seseorang untuk memberitahukan Hulagu tentang niatnya untuk datang. Hulagu menerima usul tersebut, namun ia memberi syarat agar khalifah tidak datang seorang diri, melainkan dengan membawa para petinggi negaranya, para menteri, para ulama, para pembesar lainnya, agar mereka semua dapat ikut serta dalam negosiasi tersebut dan membuat negosiasi itu (menurut klaim Hulagu) dapat diberlakukan untuk semua.
Setelah khalifah mengumpulkan orang-orang penting di negerinya, ia memimpin langsung delegasi itu ke perkemahan Hulagu di depan tembok kota Baghdad bagian timur. Ia berangkat dengan penuh kerendahan dan kehinaan, padahal sebelumnya delegasi para raja dan pemimpin negeri lain yang harus menemuinya dengan tertunduk di halaman istananya, dan kakek moyangnya terdahulu biasa memimpin dunia dari tempat keluarnya khalifah saat itu.
Delegasi Baghdad yang dipimpin oleh khalifah untuk menemui Hulagu berjumlah cukup besar, ada tujuh ratus orang penting dari seluruh kota Baghdad, termasuk menterinya, Muayyiduddin Al-Alqami, yang beraliran Syiah. Ketika delegasi itu sudah semakin dekat dengan perkemahan Hulagu, mereka dihentikan oleh sejumlah penjaga perkemahan. Mereka tidak mengizinkan seluruh delegasi itu masuk ke dalam perkemahan, seraya mengatakan,“Khalifah hanya diizinkan masuk ke dalam bersama tujuh belas orang saja, sedangkan sisanya akan ikut dengan kami (yang menurut klaim para penjaga) untuk diperiksa secara lebih ketat.”
Maka khalifah pun memilih ketujuh belas orang yang akan ikut bersamanya memasuki perkemahan tersebut, sementara sisanya, yang sudah dibawa oleh para penjaga itu, ternyata bukan untuk, diperiksa secara lebih ketat atau yang lainnya, tapi mereka semua dibawa untuk dibunuh! Seluruh delegasi Baghdad dari mulai pejabat negara, para menteri, para pembesar, dan para ulama kekhalifahan Abbasiyah, semuanya dihabisi, kecuali khalifah dan orang-orang yang bersamanya saja yang tidak terkena dalam pembantaian yang zalim itu. Mereka dipisahkan karena Hulagu ingin memanfaatkan mereka dalam urusan yang lain.
Hulagu mulai menyuruh dengan sikap yang kasar dan sombong. Khalifah pun mulai dapat meraba apa yang terjadi pada delegasi yang tidak bersamanya. Ia mulai menyadari bahwa bangsa Mongol ini dan orang-orang seperti mereka tidak bisa dipegang janji dan kata-katanya.
Berikut ini adalah perintah yang diinstruksikan oleh Hulagu saat itu:
1. Khalifah diharuskan untuk memerintahkan penduduk Baghdadagar mereka segera menurunkan senjata dan tidak melakukan perlawanan dalam bentuk apapun. Tapi tentu saja instruksi ini mudah diterapkan, karena saat itu sebagian besar penduduk kota Baghdad tidak mampu untuk memegang senjata dan bahkan tidak ada keinginan untuk itu.
2. Khalifah diikat kedua tangan dan kakinya lalu dibawa keliling kota dalam keadaan seperti itu, untuk menunjukkan kepada orang Mongol tempat-tempat penyimpanan harta, emas, perak, barang-barang kuno yang mahal harganya, dan apapun yang memiliki nilai berharga di istana khalifah dan Baitul Mal.
3. Membunuh dua anak khalifah di depan matanya; yaitu anak sulungnya Ahmad Abul Abbas dan anak keduanya Abdurrahman Abul Fadhail. Sedangkan anak ketiga khalifah, Mubarak Abul Manaqib, ditawan bersama tiga saudari khalifah; Fathimah, Khadijah, dan Maryam.
4. Menangkap sejumlah penduduk Baghdadtertentu. Mereka itu yang sudah dicatat dan diserahkan nama-namanya oleh Ibnu Al-Alqami kepada Hulagu. Hampir semuanya merupakan ulama Ahlu Sunnah yang sangat dibenci oleh Ibnu Al-Alqami. Mereka semua diseret satu persatu dari rumahnya, bahkan ada di antara mereka yang membawa serta anak dan istrinya, untuk kemudian dikumpulkan di sebuah pemakaman di luar kota Baghdad yang ditentukan sendiri oleh orang Mongol. Paraulama itu disembelih satu persatu seperti kambing, lalu istri dan anak-anaknya dibawa untuk kemudian menjadi tawanan ataupun dibunuh.
Keadaan ketika itu sungguh tragis dan menyayat hati. Termasuk yang disembelih ketika itu adalah guru besar istana, Syaikh Muhyiddin Yusuf bin Syaikh Abul Faraj bin Al-Iauzi, beserta ketiga anaknya; Abdullah, Abdurrahman, dan Abdul Karim. Termasuk juga panglima Mujahiduddin dan rekannya Sulaiman Syah, yang keduanya memimpin dakwah agar penduduk kota Baghdadmau berjihad. Begitu pula dengan maha guru Shadruddin Ali bin Nayar. Termasuk pula para khatib masjid di seluruh kota Baghdad dan para penghapal Al-Qur’an.
Seluruh pembantaian itu disaksikan langsung oleh khalifah. Tapi ia juga melihat ada sisi yang janggal, karena ketika itu Hulagu bersikap sangat baik kepada Ibnu Al-Alqami, Saat itu ia baru menyadari hubungan antara kedua orang tersebut dan terbukalah semua fakta di hadapannya dengan terang benderang. Tapi ia baru menyadari itu setelah semuanya terlambat.
Setelah pelucutan senjata dari penduduk kota Baghdaddan setelah pembantaian terhadap para ulama itu dilakukan, Hulagu memerintahkan pasukannya untuk segera menduduki kota Baghdad dan menghabisi semua yang ada di dalamnya.
Mereka lantas menyerbu kota Baghdad secara membabi buta; membunuh, menjarah, dan melakukan hal-hal terburuk di seluruh pelosok kota. Bahkan mereka tega merobohkan masjid-masjid hanya untuk mengambil kubahnya yang dilapisi dengan emas. Mereka mengobrak-abrik seluruh isi istana hanya untuk mendapatkan barang-barang antik.
Kebengisan bangsa Mongol dalam penyerbuan kota Baghdad sangat keterlaluan hingga sampai pada tahap menjijikkan. Dikisahkan ada satu orang di antara mereka yang masuk ke dalam sebuah gang kecil, lalu ia membunuh empat puluh anak-anak di sana karena merasa kasihan terhadap mereka setelah ia tahu bahwa para ibu dari anak-anak itu telah dibunuh sebelumnya.
Sejarawan Islam, Abdullah Wassafmemperkirakan pembantaian warga kota Baghdad mencapai beberapa ratus ribu orang. Ian Frazier dari majalah The New York Worker memberi perkiraan sekitar 200 ribu sampai dengan 1 juta orang. Ahli sejarah yang moderat memperkirakan jumlah korban saat itu mencapai delapan ratus ribu orang. Bangsa Mongol tidak hanya membunuh orang-orang yang masih kuat saja, tapi mereka juga membunuh orang-orang yang sudah tua ataupun difabel. Bahkan kaum wanita yang lemah pun mereka bunuh, kecuali gadis-gadis cantik yang mereka ambil untuk dijadikan tawanan.
Tidak ada yang selamat ketika itu, kecuali orang-orang yang bersembunyi di dalam sumur atau selokan. Penyerbuan itu dilakukan hingga empat puluh hari lamanya. Api menyala di setiap penjuru kotauntuk melumat rumah penduduk dan apapun yang dilaluinya, baik yang masih hijau (baru) ataupun yang sudah kering (lama). Mereka menghancurkan sebagian besar bangunan yang ada di sana, masjid khalifah, monumen imam Musa Al-Kazhim, dan makam-makam para khalifah.
Ketika Hulagu masuk ke kota Baghdad, ia langsung menuju istana khalifah. Setelah berada di dalamnya, ia mengambil tempat duduk di bagian kanan dan mulai berpesta bersama para panglima dan petinggi lainnya. Lalu ia memanggil khalifah untuk datang ke hadapannya seraya berkata, “Anda adalah tuan rumah dan kami adalah para tetamu Anda, maka sudah sepantasnya Anda menjamu kami.”
Dengan tubuh bergetar ketakutan, khalifah mengiyakan pernyataan itu. Saking takutnya ia sampai tidak tahu lagi di mana ia meletakkan kunci lemarinya. Lalu ia disuruh untuk merusak pintu almari itu. Setelah dirusak, ia pun mengambil dari dalam lemari itu dua ribu helai pakaian yang indah, sepuluh ribu koin emas, perhiasan mewah, dan semua barang berharga yang ada di dalamnya, ia mempersembahkan itu semua kepada Hulagu Khan sebagai hadiah. Namun Hulagu tidak terlalu peduli dengan barang-barang itu, ia membagikannya kepada orang-orang yang ada di sana.
Lalu setelah itu ia berkata kepada khalifah, “Barang-barang yang kamu miliki di atas tanah dapat kami temukan sendiri, dan semua itu menjadi harta rampasan perang untuk para prajurit kami. Namun sekarang yang kami inginkan adalah tunjukkan kepada kami harta yang kamu pendam di bawah tanah, di manakah harta-harta itu berada?”
Khalifah langsung memberitahukan keberadaan sebuah kolam yang penuh dengan emas di tengah istana. Ketika pasukan Mongol rnenggali tempat yang dimaksud, mereka benar-benar mendapatkan sebuah kolam besar yang berisi emas di dalamnya, berat setiap batangan emas tersebut mencapai seratus mitsqal (1 mitsqal 1 6.22 gram).
Setelah menghitung semua emas yang ada di kolam itu, Hulagu memerintahkan agar pasukannya juga menghitung jumlah seluruh istri dan selir khalifah. Mereka mendapati ada tujuh ratus istri dan selir yang dimiliki khalifah, ditambah dengan seribu orang pelayan wanita. Ketika seluruh wanita itu dikumpulkan di hadapan khalifah, ia dengan penuh pengharapan berkata, “Sisakanlah untukku beberapa wanita yang tidak pernah terkena sinar matahari ataupun cahaya bulan.” Lalu Hulagu memilih seratus orang wanita yang masih berkerabat dengan khalifah dan yang paling dicintainya.
Kemudian Hulagu kembali ke perkemahannya pada malam hari. Ketika pagi menjelang, ia memerintahkan kepada panglimanya, Sanjak, untuk pergi ke kotadan mengeruk semua harta khalifah dan mengeluarkannya dari dalam kolam. Kemudian Sanjak pun mengumpulkan harta yang telah disimpan oleh para khalifah Abbasiyah selama lebih dari limaabad lamanya.
Setelah Hulagu menumpahkan darah dan melakukan pengrusakan kota Baghdad, akhirnya ia menghentikan seluruh pembunuhan dan memerintahkan semua penduduk yang tersisa untuk kembali pada pekerjaannya. Ibnu Katsir menuturkan, ”Ketika diumumkan kepada penduduk Baghdad bahwa mereka sudah aman untuk keluar rumah, maka bermunculanlah mereka yang bersembunyi di dalam tanah atau di dalam makam, seakan mereka itu mayat hidup yang keluar dari kuburnya. Mereka tidak mengenali lagi siapa yang berada di dekatnya; seorang ayah tidak kenal dengan anaknya sendiri, seorang kakak tidak kenal dengan adiknya sendiri, dan hegitu seterusnya. Mereka juga terjangkit wabah penyakit yang mematikan, lalu tidak lama setelah itu mereka pun menyusul orang-orang yang telah dibunuh oleh pasukan Mongol.”
Hulagu memperlakukan khalifah dengan sangat buruk sekali, bahkan ia tidak memberi makanan untuknya. Ketika khalifah merasa lapar sekali dan meminta makanan, maka Hulagu akan memberinya satu piring yang isinya penuh dengan emas dan memerintahkan khalifah untuk memakannya.
Khalifah pun memprotesnya seraya berkata,“Bagaimana mungkin aku bisa memakan emas?” Hulagu menjawab dengan entengnya, “Jika kamu tahu bahwa emas itu tidak bisa dimakan, lalu mengapa kamu menyimpannya dan tidak membagikannya kepada para prajuritmu agar mereka lebih semangat untuk menjaga kerajaanmu ini dari serangan pasukanku? Mengapa kamu tidak mencabut pintu-pintumu yang terbuat dari baja itu dan mengubahnya menjadi tombak, lalu kamu bergegas menuju pesisir sungai Jayhun untuk menghalau kedatangan pasukanku agar tidak dapat menyeberangi sungai?”
Khalifah menjawab, “Inilah takdir dari Allah.” Lalu Hulagu dengan geram berkata, “Begitu juga dengan apa yang akan terjadi pada diri kamu nantinya, itu semua adalah takdir dari A1lah.” Pada riwayat lain disebutkan, bahwa ketika Hulagu menghujani khalifah dengan pertanyaan, khalifah hanya terdiam seribu bahasa tanpa mampu untuk menjawab apapun. Adapun mengenai cara pembunuhan atas khalifah masih menjadi misteri sampai saat ini, karena banyak sekali riwayat yang dituturkan oleh para ahli sejarah tentang cara yang berbeda-beda pada setiap riwayat mereka. Namun demikian, semoga apa yang disampaikan oleh Abul Fida’ (Ibnu Katsir) dapat merangkum perbedaan riwayat tersebut tentang cara terbunuhnya Al-Musta’shim. Ia menuturkan,”Tidak ada kabar pasti mengenai cara pembunuhan terhadap khalifah, ada yang menyebutkan ia dicekik, ada juga yang menyebutkan ia dimasukkan ke dalam karung lalu diinjak dan ditendang sampai mati, dan ada juga yang menyebutkan bahwa ia ditenggelamkan di sungai Tigris.” Lalu Abul Fida menutup penuturannya dengan mengatakan, ”Hanya Allah yang tahu apa yang sebenarnya Cara yang digunakan oleh pasukan Mongol itu.“”
Namun riwayat termasyhur menurut para ahli sejarah adalah cara yang kedua, yaitu dimasukkan ke dalam karung lalu ditendangi sampai mati. Karena dengan cara seperti itu, darah Khalifah tidak tertumpah, dan ini sesuai dengan kebiasaan bangsa Mongol.
Setelah Hulagu dan pasukannya selesai membantai penduduk Baghdad, menghancurkan gedung dan monumen yang bersejarah, serta memusnahkan sarana untuk menyingkap sejarah peradaban manusia di sana, lalu Hulagu memerintahkan kepada panglima beserta pasukannya untuk melakukan penjarahan di kota itu.
Bangsa Mongol menjarah dan menghancurkan Masjid, perpustakaan, istana, rumah sakit, dan juga banyak bangunan bersejarah. Perpustakaan kota Baghdad yang penuh dengan buku-buku sejarah, kedokteran dan astronomi dan lainnya dijarah dan semua bukunya dilempar ke sungai Tigris, para saksi mata mengatakan sungai tigris berubah warnanya menjadi hitam dikarenakan saking banyaknya buku yang terendam sehingga tintanya luntur. Setelah kehancuran ini, kota Baghdad tidak pernah lagi menjadi pusat Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan dunia.
Setelah Baghdad menjadi kota mati, Empat bulan kemudian Hulagu pergi meninggalkannya pada bulan Jumadil Ula/ Mei 1258. Sebelum pergi, ia mengangkat Ali Bahadi dan Ibnu Alqami sebagai amirnya. Ibnu Alqami yang mengajukan usulan kepada pasukan Mongol untuk mengangkat Khalifah dari kalangan Alawiyah, ternyata tidak digubris oleh Hulagu. Ia menjadi objek hinaan bangsa mongol. Ibnu Alqami menjadi syok dan akhirnya mati karena sedih dan stress dan wafat pada bulan Jumadil Akhir / Juni 1258 dalam usia 63 tahun. Dalam hal ini Adz-Dzahabi berkata : “Ibnu Alqami telah menggali lubang yang dalam agar umat islam dapat jatuh ke dalamnya, namun di lubang yang tidak jauh berbeda jauh ia juga terjatuh di sana. Ia merasakan titik terendah penghinaan dan harus berusaha sendiri menutupi lubang perahunya setelah kapal khalifah tenggelam akibat perbuatannya. Lalu akhirnya ia pun mati dengan cara yang buruk, dan di akhirat nanti sudah menunggu hukuman yang lebih berat lagi.”

PENAKLUKAN SURIAH

Setelah sukses menguasai Irak, Pasukan Mongolkembali menyerbu kawasan Al Jazeerah dan berhasil menguasai kota-kota Mayafariqin, Nusaybin, Harran, Raha (Osroene), Birah, dan Harem pada tahun 1259 M. Didalam pasukan Mongol tersebut ikut serta kontingen dari Kerajaan Cilicia Armenia dan pasukan Frank dari Antiokia..Sasaran selanjutnya adalah kota Aleppo.
Melihat pergerakan pasukan Mongolia ini, Di Damaskus, seorang mamluk yang bernama Baibars al-Bunduqdari berpendapat bahwa Sultan an-Nasir Yusuf (1236-1260 M) harus memobilisasi tentaranya untuk menghadapi pasukan Mongol yang sedang bergerak menuju Suriah. Sultan An Nasir Yusuf adalah putra dari Emir Al Aziz sang penguasa Aleppoyang muncul di serial Dirilis Ertugrul season 1. Sejak tahun 1250 M, ia menguasai Damaskus sejak munculnya Dinasti Mamluk mesir, dan berseteru dengan dinasti itu.
Namun, An Nasir Yusuf malah mengutus putranya al-Malik al-Aziz menghadap Hulagu, memohon bantuan Hulagu menyerang Mesir yang saat itu diperintah dinasti Mamluk (1250-1517 M). Ternyata Hulagu, malah meminta Yusuf agar secepatnya tunduk atas kekuasaan Mongolia sehingga membuat an-Nasir Yusuf mengirim utusan ke Mesir untuk minta bantuan. Saifudin Qutuz, sang wali Sultan Mesir memutuskan untuk melawan Mongolia. Berpendapat bahwa Mesir tidak dapat menghadapi bahaya yang mendekat selama dijalankan oleh Sultan yang muda usia, Qutuz (1259-1260 M) mengkudeta sang Sultan Nurrudin Ali (1257-1259 M) dan mulai mengumpulkan sejumlah besar pasukan, setelah terlebih dahulu meyakinkan an Nasir bahwa tindakannya ini hanya bersifat sementara sampai bahaya dari Mongoliateratasi.
Gentingnya situasi saat itu membuat Quthuz melupakan dendam. Oleh karena itu, meskipun permusuhan antara dirinya dan Sultan Malik An- Nashir begitu akut, dia bersedia menerima permintaan An-Nashir Yusuf untuk memberikan bantuan militer secepatnya. Quthuz memberitahukan bahwa dia menerima semua tawarannya. Tidak hanya itu, bahkan Quthuz juga menganggap An-Nashir, dalam kapasitasnya sebagai keturunan Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi, sebagai raja atas semua kerajaan yang tunduk kepada Dinasti Al-Ayyubi, termasuk Mesir. Quthuz juga menambahkan bahwa dirinya tidak lain hanyalah salah satu panglimanya. Quthuz berjanji untuk menyerahkan pemerintahan Mesir kepadanya jika dia ingin datang ke Kairo. Quthuz juga menawarkan untuk mengirim tentara ke Damaskus supaya dirinya tidak perlu susah payah datang ke Kairo sendiri, jika memang dirinya meragukan ketulusan niatnya.
Ketika Pasukan Mongol bergerak menuju Aleppo, beberapa penasehat an-Nasir Yusuf menyarankan bahwa menyerah kepada Hulagu adalah solusi terbaik. Hal ini membuat murka Baybar dan Mamluknya yang kemudian mencoba membunuh an-Nasir Yusuf, tetapi ia berhasil melarikan diri bersama saudaranya ke kastil Damaskus.Banyak penduduk Damaskus melarikan diri ke Mesir. Baybars dan para Mamluknya juga meninggalkan Syria, menuju Mesir, dimana mereka disambut hangat oleh Sultan Qutuz, yang kemudian menghadiahkan Baybars kota Qalyub.
Pasukan Mongoliatiba di Aleppopada tahun 658 H/ Desember 1259. Di kota ini, Pemimpin pasukan yang bernama Malik Asy-Syaikh Al- Muazhzham Turanshah bin Shalahuddin, yang merupakan paman an-Nasir Yusuf, menolak untuk menyerah. Setelah pengepungan selama 7 hari, pada bulan Shafar 658 H/Janauari 1260 M, Pasukan Mongol menggempur Aleppodan membantai penduduknya selama 5 hari. Turanshah meninggalkan kota dan wafat beberapa hari kemudian.
Dengan kondisi seperti ini, akhirnya penguasa daerah Hamah, Al Manshur II Muhammad bin Al Muzhaffar (1244-1284 M) berinisiatif untuk kabur ke Mesir bersama isteri dan anak-anaknya meninggalkan kota Hamah bersama rakyatnya untuk menghadapi nasib mereka. Kunci kota pun diserahkan kepada Hulaghu. Oleh Hulaghu, penaklukan kota Hamah diserahkan kepada wakilnya Khasaru Khan yang kemudian menghancurkan tembok-tembok kota Hamah.
Ketika kabar jatuhnya Aleppo sampai ke Penguasa Damaskus, an-Nasir Yusuf, dan pasukannya melarikan diri ke Gaza pada tanggal 31 January 1260. Ia menyerahkan Damaskus ke tangan Wazirnya, Zainuddin Al-Haflzi.
Tokoh-tokoh Damaskus mengambil pelajaran dari bencana kehancuran dan pembantaian yang dialami oleh kota-kota yang coba melawan pasukan Mongol. Untuk itu, mereka memutuskan untuk menyerahkan Damaskus ke tangan Hulagu.” Benar saja, tentara Mongol memasuki kota Damaskus pada akhir bulan Shafar 658 H/Februari 1260 M tanpa pertumpahan darah. Akan tetapi, kastil Damaskus menolak untuk menyerah dan memilih untuk melawa. Akhirnya, pasukan Mongol menyerbu kastil dan menghancurkannya pada paruh pertama bulan Iumadal Ula 658 H/Mei 1260 M.”
Kemudian, setelah mampu menguasai Aleppo, Hama, Damaskus dan kota-kota sekitarnya, maka untuk menguasai sisa-sia kota di Syam bagi pasukan Mongol hanya tinggal masalah waktu saja. Pangglima mongol hanya cukup memilih kota mana yang ingin dikuasai selanjutanya kapanpun ia mau. Sebab seluruh negeri syam sudah dalam keadaan kuatir, panik dan ketakutan dengan hanya untuk berpikir saja tentang nasib mereka bila mereka melakukan perlawanan. Apalagi para pemimpin Ayyubiyah sudah semakin terpecah belah.
Dalam kurun waktu tiga pekan pasca pendudukan Damaskus, pasukan Mongol berhasil menyelesaikan penaklukan negeri Syam dan mereka bergerak maju menuju ke Palestina tanpa menemukan perlawanan yang berarti, kecuali dari garnisun Nablus yang memilih melawan, akan tetapi pasukan Mongol berhasil mengatasinya. Garnisun Ajloun menyerah kepada mereka. Lalu, mereka menyerbu Al-Khalil, membunuh kaum laki-laki, menawan kaum perempuan dan anak-anak. Mereka membawa para tawanan, sapi, domba dan ternak lainnya dalam jumlah besar, akan tetapi mereka tidak menginjakkan kaki di Baitul Maqdis.
Sementara itu, Sultan An Nasir Yusuf ketika berada di Arisy, kawasan perbatasan Mesir, Ia mengutus seseorang untuk mengabarkan kepada Qutuz bahwa ia sudah berada di Arisy dan memintanya agar mau berkoalisi untuk menghadapai Mongol. Namun jawaban yang menenangkan An Nasir tidak sampai sehingga An Nashir mulai meragukan penduduk Mesir. Padahal ia sudah sampai di daerah Qitiyah. Disini ia takut untuk lebih jauh masuk ke Mesir, kuatir akan ditangkap.
Meskipun ia tidak mau melanjutkan perjalanan, ia mengizinkan siapapun dari para pengikutnya yang mau masuk mesir. Maka Al Mansur Muhammad bersama pasukannya memutuskan masuk ke negeri Mesir dan akhirnya tiba disana dan ditemui langsung oleh Qutuz/. Ia diterima dengan baik oleh Qutuz dan bahkan diberikan semacam paspor untuk masuk kota Kairo.
Al Malik An Nasir sendiri seperti orang linglung. Ia bingung mau kemana. Awalnya memutuskan untuk pergi ke Hijaz, namun ditengah perjalanan, berubah pikiran, memutuskan pergi Karak. Sampai di Karak, ia diliputi rasa khawatir. Lalu pergi ketempat kawasan arab badui dan menyewa tempat disana. Namun salah satu pengikutnya berkhianat. Ia menemui salah satu detasemen tentara Mongol yang tersebar di kawasan Yordania dan Palestina. Pasukan Mongol kemudian menyerbu ke tempat kawasan dimana An Nasir berada. Banyak penduduk disana menjadi korban. An Nashir bersama keluarganya akhirnya ditangkap pasukan Mongol dan dikirim ke Kitbuga. Oleh Kitbuga, An Nasir dan keluarganya dikirim ke Hulagu. Kelak An Nasir dihukum mati oleh Hulagu begitu mendengar kekalahan pasukan Mongolia dalam Perang Ain Jalut.

PERTEMPURAN AIN JALUT

Hulagu mengirim surat ancaman ke Sultan Mamluk, Qutuz di Kairo dan menuntut agar Qutuz membuka kotanya atau kota itu akan dihancurkan seperti Baghdad. Isi suratitu:’Lihat apa yang telah kita perbuat kepada yang lain dan belajarlah dari mereka; menyerahlah, karena kita tidak akan mengasihani orang-orang yang merintih dan menangis. Kemana kira-kira anda akan berlari menye-lamatkan diri dari kami? Dan siapa yang dapat memproteksi kalian dari pedang-pedang kami? Kami tidak mengenal benteng-benteng, balatentara yang menyerang kami tidak ada gunanya dan doa kalian untuk kami tidak didengar’
Sultan Quthuz mengadakan pertemuan mendadak dengan para amirnya untuk membahas dan mempelajari situasi. Pertemuan tersebut menghasilkan sebuah keputusan untuk menolak ultimatum Hulagu tersebut dan membunuh para utusan yang membawa pesan tersebut ke Mesir.
Ternyata saat itu Hulagu meninggalkan negeri Syam dengan tergesa-gesa, menuju ibukota Mongol, Karakorum, dan menarik sebagian besar tentaranya, dan meninggalkan dua tumens (20.000 orang) di bawah komando Kitbuqa, yang dianggapnya cukup untuk menghadapi Mamluk. Hulaghu melakukan hal itu karena mendapat kabar kematian Khan Agung Monke pada tahun 655 H/1257M dan mulai munculnya bibit-bibit perpecahan karena perebutankekuasaan antara dua saudara laki-laki Hulagu, yaitu Kubilai dan Ariq Boqe. Hulagu pulang karena dia juga ingin bersaing dengan mereka untuk memperebutkan kepemimpinan Mongol. Hulagu percaya bahwa dia akanterpilih sebagai Khan Agung mengingat signifikansi ekspansi yang berhasil dia wujudkan.
Praktis, waktu itu Kitbuga Noyan memerintah negeri Syam hanya dengan kekuatan yang relatif kecil. Maka pihak Mongol, berusaha untuk membentuk aliansi Frank-Mongol dengan (atau setidaknya, menuntut penyerahan) sisa-sisa Kerajaan Yerusalem, yang berpusat di Acre, tetapi Paus Alexander IV telah melarang aliansi semacam itu. Ketegangan antara Frank dan Mongol juga meningkat ketika Julian dari Sidonmenyebabkan insiden yang mengakibatkan kematian salah satu cucu Kitbuqa. Marah, Kitbuqa telah menyerang Sidon. Para Bangsawan Acre, yang dihubungi oleh Mongol, juga telah didekati oleh Mamluk, mencari bantuan militer melawan Mongol. Meskipun Mamluk adalah musuh bebuyutan kaum Frank, Para Bangsawan Acre mengenali Mongol sebagai ancaman yang lebih berbahaya. Alih-alih memihak, Pasukan Frank memilih netral di antara kedua kekuatan. Meski demikian, mereka mengizinkan pasukan Mamluk Mesir untuk berbaris ke utara tanpa hambatan melalui wilayah Kerajaan Yerusalem dan bahkan membiarkan mereka berkemah di dekat Acre untuk mengumpulkan logistik.
Quthuz, yang dikenal sebagai sosok yang memiliki bakat dan kemampuan politik mumpuni, membuat sebuah rencana militer yang terdiri dari dua bagian yaitu; Pertama, memperkuat front internal dan memobilisasi opini publik dalam rangka persiapan untuk terjun ke kancah pertempuran. Kedua, persiapan militer, termasuk usaha untuk menarik para pangeran Ayyubiyah dan Mamluk Bahri untuk menyatukan barisan Islam di negeri Syam dan Mesir di bawah satu komando.
Untuk rencana bagian pertama, Quthuz menyerukan pergi berjihad. Kemudian, diikuti dengan mobilisasi tentara dan pengumpulan dana yang dibutuhkan, dengan Cara memberlakukan pajak baru dan beragam kepada penduduk Mesir dan Kairo.
Nampaknya, Quthuz mendapatkan penentangan atas pengumpulan pajak-pajak tersebut, terutama dari para hakim dan ulama. Mereka meminta, sebelum memberlakukan pajak baru itu, pertama-tama Quthuz diminta untuk menggunakan lebih dulu kekayaan yang dia miliki dan perhiasan yang dimiliki istrinya, ditambah dengan kekayaan para amir. Kekayaan dan perhiasan yang ada dibuat koin, lalu dibagikan kepada para prajurit. Jika belum cukup, maka Qutuz dibolehkan memungut pajak baru dari rakyat. Qutuz juga diminta meminjam uang dari para saudagar untuk memenuhi kebutuhan perang.
Qutuz menerima dan mematuhi pendapat para ulama tersebut. Ia mengumpulkan semua perhiasan dan uang yang berasal dari sakunya sendiri dan para amir, lalu membawanya kepada Syaikh Izuddin bin Abdussalam, ulama terkuat saat itu..
Sedangkan rencana kedua, Qutuz berrekonsiliasi dengan para pangeran Ayyubiyah dan para Mamluk Bahri, seperti yang telah diceritakan diatas.
Maka Sultan Qutuz, begitu mengetahui betapa sedikitnya orang Mongol yang tinggal di kawasan itu, segera mengumpulkan pasukannya yang terlatih dan melengkapi 12.000 tentara di Kairo, kemudian berinisiatif untuk menyerang lebih dahulu. Bersama pasukannya ia kemudian berangkat keluar dari Kairo menuju Salihiyya pada tanggal 5 Sha’ban 658 H (16 Juli 1260M). Sebelumnya ia telah mengirimkan pasukan pendahulu yang dipimpin Rukn al-Din Baybars untuk mengamat-amati pergerakan musuh

Ketika pasukan Mongol berhasil sampai di Gazadan melihat pasukan yang dipimpin Baybars, mereka kemudian mundur. Tak lama kemudian Pasukan Utama yang dipimpin Sultan Qutuz bergabung dengan pasukan Baybars dan kemudian bergerak menyusuri wilayah pantai hingga tiba di dekat Acre yang dikuasai oleh pasukan Frank. Sultan berhasil menjalin persekutuan dengan pasukan Frank di Acre agar mereka tidak bergabung dengan Mongol. Lalu mereka mendapat kabar kalau Kitbuqa dan pasukannya menuju Mesir dari arah Tenggara. Maka Pasukan Mesir pun berbalik arah untuk menghadang. Kedua pasukan kemudian berjumpa di lembah Ayn Jalut, tak jauh dari Nablus. Baybars dan pasukannya bergerak lebih dulu menghadapi musuh, sementara Qutuz dan pasukan lainnya menunggu di tempat tersembunyi. Baybars berhasil memancing pasukan Mongol untuk mengejar mereka sampai kemudian Qutuz dan pasukan Mesir muncul dan menyergap secara tiba-tiba. Pasukan Mongol sempat terdesak oleh serangan itu, tetapi kemudian mampu menyusun kekuatan kembali dan mengimbangi pasukan Islam. Pada pertempuran ini, pasukan Mamluk Mesir disebut-sebut sudah mulai menggunakan meriam tangan (midfa) untuk menge-jutkan kuda-kuda lawan dan menimbulkan kekacauan dalam barisan musuh.
Pada pertempuran ini, Qutuz meminta kepada pasukannya untuk menunggu hingga setelah shalat Jumât, ‘Janganlah kalian melancarkan serangan kepada mereka hingga tergelincir matahari, memberikan bayang-bayang, angin bertiup dan para khatib di masjid serta manusia lainnya mendoakan kita dalam shalat-shalat, dan setelah itu baru dimulai pertempuran
Puncak pertempuran terjadi pada tanggal 25 Ramadhan 658H (3 Septem-ber 1260M). Sejak pagi, pasukan Mongol menyerang dengan ganas dan membuat pasukan Mesir mengalami kekacauan dan tekanan. Namun, Sultan Qutuz kemudian menyerang dengan kekuatan penuh dari arah tengah sambil memberikan semangat pada pasukannya. Di tengah berlangsungnya pertempuran, isteri Quutz, Jullanar, terbunuh. Sebelum mati, Qutuz bergegas mendekatinya dengan berteriak, ‘Oh wahai kasihku!’. Isterinya berucap : ‘Jangan engkau katakan itu tapi katakanlah Islamah (duhai Islam)’. Usai berkata demikian, ia wafat.. Maka Qutuz berdiri tegak dan berteriak: ‘Duhai Islam’, dan seluruh pasukan mengumandangkan teriakan yang sama. Pertempuran terus berkecamuk ,dan pada satu waktu kuda Sultan Qutuz terbunuh sehingga ia sempat terjatuh dan hampir terbunuh. Tetapi ia terus bertempur walau tanpa kuda sehingga pasukannya mem-berikannya kuda lain. Namun ia menolak untuk mengambil kuda pangeran lainnya yang secara sukarela memberikannya dengan mengatakan bahwa ia tidak mau untuk menghalangi mereka dalam menunaikan tugas suci ini. Sebaliknya ia harus berusaha sendiri untuk dapat menyelamatkan diri. Ia ditanya mengapa tidak mau menunggang kuda dan kalau saja para musuh melihat maka akan membunuhnya dan Islam akan dipecundangi. Ia menjawab : ‘Kalau saja saya terbunuh, maka saya telah pergi ke surga. Sedangkan agama Islam, maka Allah tidak akan melenyapkannya’. Namun ia berhasil mendapatkan kuda dan terus memimpin peperangan. Ia berseru dan berdoa di tengah berkecamuknya perang, ”O Islam! Ya Allah, berikan hamba-Mu Qutuz kem-nangan terhadap Mongol!
Pasukan Mesir akhirnya berhasil memukul mundur pasukan Mongol dan menangkap pemimpinnya, Kitbuqa, yang kemudian dihukum mati. Sisa-sisa pasukan Mongol melarikan diri dari medan perang yang kemudian dikejar oleh pasukan Baybars hingga ke Aleppo dan merebut kembali kotaitu. Sultan Qutuz sendiri memasuki Damaskus pada akhir Ramadhan setelah kota itu ditinggal lari oleh tentara Mongol. Wilayah Suriah kemudian dibersihkan dari kekuatan Mongol dan kedaulatan Islam kembali ditegakkan di sana.
Sejak itu, Hulagu dan tentaranya tak pernah berhasil membalas kekalahan pasukannya di Ayn Jalut. Dengan demikian, laju pasukan Mongol telah berhasil dihentikan untuk pertama kalinya di Ayn Jalut oleh pasukan Islam dari Mesir. Sebagaimana dijelaskan oleh Muhammad Abdullah Enan, “(Perang) Ayn Jalut adalah sebuah hari yang penting, tidak hanya dalam Sejarah Mesir dan Islam, tetapi juga dalam seluruh sejarah peradaban.” Karena kalau saja Mesir jatuh ke tangan Mongol, maka besar kemungkinan Afrika Utara dan setelah itu Eropa akan mengalami nasib yang sama..
Dalam perjalanan pulang ke Kairo, Qutuz terbunuh di Al-Salihiyya. Menurut sejarawan Muslim Modern dan abad pertengahan, Baibars terlibat dalam pembunuhan itu, menurut Al-Maqrizi, yang juga meyakini Baibars terlibat, para Emir yang menyerang Qutuz adalah Emir Badr ad-Din Baktut, Emir Ons, dan Emir Bahadir al-Mu'izzi. Sejarawan barat memasukan Baibars dalam konspirasi ini dan menuduhnya bertanggung jawab. Sejarawan muslim era Mamluk menyatakan bahwa Baibars ingin membalas dendam atas pembunuhan temannya dan pemimpin Bahariyya Faris ad-Din Aktai selama pemerintahan Sultan Aybak atau disebabkan Qutuz memberikan Aleppo kepada al-Malik al-Said ala'a ad-Din, Sang Emir Mosul, bukan kepada dirinya sebagai mana yang dijanjikan sebelumnya.
Qutuz dimakamkan dikota Al-Qusair kemudian dimakamkan kembali di Cairo. Baibars kembali ke Kairo dan dinobatkan menjadi Sultan baru. Ia kemudian meneruskan peperangan melawan bangsa Mongoliadan Frank. Salah satu tindakannya yang paling spektakuler adalah menegakkan kembali Khilafah Islamiyah. Ia membaiat salah satu keturunan Bani Abbasiyah yang berhasil lolos dari kekejaman Mongolia di Baghdad. Pembaiatan ini diselenggarakan dengan upacara yang megah (Baca tulisan kami yang berjudul Antara Sultan Baybars dan Dirilis Ertugrul)

PERANG SAUDARA

Setelah masalah suksesi diselesaikan dan saudaranya Kubilai Khan ditetapkan sebagai Khan Agung, Hulagu kembali ke wilayah kekuasaannya pada tahun 1262 M. Ketika dia mengumpulkan pasukannya untuk menyerang Mamluk untuk membalas kekalahan di Ayn Jalut, ia malah terlibat perang saudara dengan sepupunya, Berke Khan yang telah memeluk agama islam. Berke marah karena Hulagu telah meruntuhkan kekhalifahan dan menjarah Baghdad dan bersumpah untuk memeranginya. Berke bersekutu dengan Mamluk. Dia memulai serangkaian serangan besar-besaran di wilayah Hulagu, dipimpin oleh Nogai Khan . Hulagu mengalami kekalahan telak dalam upaya invasi ke utara Kaukasus pada 1263. Ini adalah perang terbuka pertama antara bangsa Mongol yang menandai berakhirnya bersatunya kekaisaran. (Selengkapnya, baca tulisan kami yang berjudul Antara Berke Khan dan Dirilis Ertugrul). Sebagai pembalasan atas kekalahan ini , Hulagu membunuh ortogh Berke, dan Berke melakukan hal yang sama sebagai balasannya.

KOMUNIKASI DENGAN EROPA

Dalam upayanya melawan kaum muslim, Hulagu mengirim banyak komunikasi ke Eropa dalam upaya untuk membangun aliansi Perancis-Mongol melawan Muslim. Pada 1262, ia mengirim sekretarisnya Rychaldus dan kedutaan ke "semua raja dan pangeran di luar negeri". Kedutaan itu rupanya dicegat di Sisilia oleh Manfred, Raja Sisilia, yang bersekutu dengan Kesultanan Mamluk dan berkonflik dengan Paus Urbanus IV , dan Rychaldus dikembalikan dengan kapal.
Pada 10 April 1262, Hulagu mengirim surat, melalui John the Hungarian , kepada Louis IX dari Prancis , menawarkan aliansi. Tidak jelas apakah surat itu pernah sampai ke tangan Louis IX di Paris - satu-satunya manuskrip yang diketahui masih ada di Wina, Austria. Surat tersebut menyatakan niat Hulagu untuk merebut Yerusalem demi kepentingan Paus dan meminta Louis untuk mengirim armada melawan Mesir.
Meskipun banyak upaya, baik Hulagu maupun penerusnya tidak dapat membentuk aliansi dengan Eropa, meskipun budaya Mongol di Barat sedang populer di abad ke-13. Banyak anak yang baru lahir di Italia diberi nama setelah penguasa Mongol, termasuk Hulagu: nama-nama seperti Can Grande ("Khan Agung"), Alaone (Hulagu), Argone ( Arghun ), dan Cassano ( Ghazan ) dicatat.
****
Hulagu Khan meletakkan dasar Ilkhanate dan dengan demikian membuka jalan bagi negara dinasti Safawi di kemudian hari, dan akhirnya negara modern Iran . Penaklukan Hulagu juga membuka Iranuntuk pengaruh Eropa dari barat dan pengaruh Cina dari timur. Ini, dikombinasikan dengan perlindungan dari penerusnya, yang mengembangkan keunggulan khas Irandalam arsitektur. Di bawah dinasti Hulagu, sejarawan Iranmulai menulis dalam bahasa Persiadaripada bahasa Arab. Namun demikian, tercatat bahwa ia masuk agama Buddha saat ia mendekati kematian, bertentangan dengan keinginan Doquz Khatun. Pendirian kuil Buddha di testoy membuktikan ketertarikannya pada agama tersebut.
Sebagai pendiri kerajaan Mongolia di Persia, yang terbentang dari Amu Darya sampai ke perbatasan Suriah, dan dari Pegunungan Kaukasus sampai ke Samudera Hindia, Hulagu adalah raja pertama yang bergelar Il Khan. Gelar ini disandang para penerusnya hungga penerus ketujuh, Ghazan Mahmud (1295-1304) yang dibawah kekuasaannya Islam dengan kecendrungan Syiah menjadi agama negara. Dibawah rezim Ilkhan. Baghdad dirurunkan posisinya menjadi ibukoita provinsi dengan nama Iraq al Arabi. Dalam masa damai, Hulaghu tinggal di Maraghah sebelah timur Danau uramiyah, yang memiliki sejumlah bangunan Megah, termasuk perpustakaan termasyur dan observatorium yang ia dirikan. Ditempat itu jugalah, Hulagu Khan jatuh sakit parah pada Januari 1265 dan meninggal pada bulan berikutnya di tepi Sungai Zarrineh (kemudian disebut Jaghatu) dan diikubur disertai oleh – sesuai adat mongol – gadis gadis muda cantik di Pulau Shahi di Danau Urmia. Dia dan para penerusnya sangat menghargai dan memanfaatkan dengan baik para administratur Persia yang cerdas, juga membentengi diri dengan memberdayakan cendekiawan terlatih seperti Al Juwaini (W 1283) dan Rasyiduddin (W 1318). Dan juga menjadi pelindung Nasir al-Din Tusi dan penelitiannya di observatorium Maragheh.
Terhimpit diantara pemanah pasukan Mongol yang lliar di Timur dan para Ksatria Frank di barat, Islam pada pertengahan abad ke tiga belas tampaknya akan tenggelam selamanya. Tetapi alangkah berbedanya situasi di penghujung abad yang sama. Pada saat itu pasukan Frank berhasil dipukul mundur hingga pulang ke negerinya (1291 M). Dan penguasa Ilkhan ke 7, menjadikan Islam sebagai agama negara. Artinya kurang dari setengah abad serangan kejam Hulagu ynang menghancurkan peradaban islam, cicitnya Ghazan sebagai seorang muslim, mencurahkan banyak waktu dan energi untuk membangkitkan peradaban islam.
Tetapi bukan orang Mongol yang memulihkan keagungan militer islam dan mengibarkan panji kejayaannya di wilayah wilayah baru yang luas, namun kerabat jauh mereka lah yang ditakdirkan melakukannya yaitu Osmanli alias Utsmaniyah alias Ottoman.
Sebuah catatan dari Fetih Sutan Wassito.
Mohon maaf, kalau kali ini cukup panjang...
Sumber :
Bangkit dan Runtuhnya Bangsa Mongol
Bangkit dan Runtuhnya Daulah Abbasiyah
Bangkit dan Runtuhnya Dinasti Mamluk
Wajah Dunia Islam karya :
History Of the Arab karya Philip K Hitti
Sejarah Para Khalifah
Sekitar Sejarah Para Khalifah
Tarik Al Khulafa
Para Pangglima Muslim Penakluk dunia
Decisive Moment in The History Of Islam
Wikipedia
Advertisement

Postingan Terkait

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Iklan

Close x