BERZIKIR MENGGUNAKAN TASBIH 37 Masalah Populer Ustadz Abdul Somad
Advertisement
Penawaran Terbatas! Paket Data 25GB Hanya Rp 90.000
Dapatkan kuota besar 25GB untuk semua nomor AS, Loop, dan simPATI hanya dengan Rp 90.000, berlaku selama 30 hari! Internet lancar tanpa khawatir kehabisan kuota, cocok untuk streaming, gaming, dan browsing sepuasnya!
Aktifkan sekarang dan nikmati kebebasan internet!
Read More Beli Paket
Advertisement
BERZIKIR MENGGUNAKAN TASBIH | 37 Masalah Populer Ustadz Abdul Somad
MASALAH KE-26: BERZIKIR MENGGUNAKAN TASBIH.
عَنْ عَائِشَةَ بِنْتِ سَعْدِ بْنِ أبَِي وَقَّاصٍ عَنْ أبَِيهَا أَنَّهُ دَخَلَ مَاَ رَسُولِ اللََِّّ صَلَّى اللََُّّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى امْرَأَةٍ وَبَيْنَ يَدَيْهَا نَوًى أوَْ
حَصًى تسَُب حُ بِهِ فَقَالَ أخُْبِرُكِ بِمَا هُوَ أيَْسَرُ عَلَيْكِ مِنْ هَذَا أَوْ أَفْضَلُ فَقَالَ سُبْحَانَ اللََِّّ عَدَدَ مَا خَلَقَ فِي السَّمَاءِ وَسُبْحَانَ اللََِّّ عَدَدَ مَا
خَلَقَ فِي الْأرَْضِ وَسُبْحَانَ اللََِّّ عَدَدَ مَا خَ لَقَ بَيْنَ ذَلِكَ وَسُبْحَانَ اللََِّّ عَدَدَ مَا هُوَ خَالِقٌ وَاللََُّّ أَكْبَرُ مِثْلُ ذَلِكَ وَالْحَمْدُ لِِلَِّّ مِثْلُ ذَ لكَ وَلَا
إِلَهَ إِلَّا اللََُّّ مِثْلُ ذَلِكَ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّة إِلَّا بِالِلَِّّ مِثْلُ ذَلِكَ
Dari Aisyah binti Sa’ad bin Abi Waqqash, dari Bapaknya, sesungguhnya ia masuk bersama Rasulullah Saw, ada seorang perempuan, di depannya ada biji-bijian atau batu, ia bertasbih menggunakan biji-bijian dan batu itu. Maka Rasulullah Saw berkata, “Aku beritahukan kepada engkau dengan yang lebih mudah bagimu daripada ini atau lebih utama”.
Kemudian Rasulullah Saw mengucapkan, “Maha Suci Allah sejumlah apa yang telah Ia ciptakan di langit. Maha Suci Allah sejumlah apa yang telah Ia ciptakan di bumi. Maha Suci Allah sejumlah apa yang telah Ia ciptakan diantara itu. Maha Suci Allah sejumlah apa yang telah Ia ciptakan. Allah Maha Besar seperti itu. Segala puji bagi Allah, seperti itu. Tidak ada tuhan selain Allah, seperti itu. Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan Allah, seperti itu”. (HR. Abu Daud).
Rasulullah Saw tidak melarang berzikir menggunakan biji-bijian atau batu sebagai alat hitung, hanya saja Rasulullah Saw menunjukkan cara yang lebih mudah. Oleh sebab itu para shahabat tetap menggunakan alat untuk menghitung zikir.
عن القاسم بن عبد الرحمن قال كان لابي الدرداء نوى من نوى العجوة حسبت عشرا او نحوها في كيس وكان اذا صلى الغداة
اقعى على فراشه فاخذ الكيس فاخرجهن واحدة واحدة يسبح بهن فاذا نقدن اعادهن واحدة واحدة كل ذلك يسبح بهن قال حتى
تأتيه ام الدرداء فتقول يا ابا الدرداء ان غدائك قد حضر فربما قال ارفعوه فاني صائم
Dari al-Qasim bin Abdurrahman, ia berkata, “Abu ad-Darda’ memiliki biji-biji dari biji-biji kurma ‘Ajwah, menurut saya ada sepuluh atau seperti itu, berada dalam satu kantong. Apabila ia telah melaksanakan shalat Shubuh, beliau mendekat ke kasurnya lalu mengambil kantong tersebut dan mengeluarkan biji-biji itu satu per-satu, ia bertasbih menggunakannya. Apabila telah habis, ia ulangi lagi satu per-satu. Ia bertasbih menggunakannya hingga Ummu ad-Darda’ datang seraya berkata, “Wahai Abu ad-Darda’, sesungguhnya makananmu telah tiba”. Abu ad-Darda’ menjawab, “Angkatlah, sesungguhnya aku puasa”245.
فَبَيْنَمَا أَنَا عِنْدَهُ يَوْمًا وَهُوَ عَلَى سَرِيرٍ لَهُ وَمَعَهُ كِيسٌ فِيهِ حَصًى أَوْ نَوًى وَأسَْعَلَ مِنْهُ جَارِيَة لَهُ سَوْدَ اءُ وَهُوَ يُسَب حُ بِهَا حَتَّى إِذَا
أَنْعَدَ مَا فِي الْكِيسِ أَلْقَاهُ إِلَيْهَا فَجَمَعَتْهُ فَأعََادَتْهُ فِي الْكِيسِ فَدَفَعَتْهُ إِلَيْه
“Ketika saya berada di sisi Abu Hurairah suatu hari, ia berada di atas kasur, bersamanya ada satu kantong,didalamnya ada batu-batu atau biji-biji, di bawahnya ada hamba sahaya berkulit hitam. Abu Hurairah bertasbih menggunakan batu-batu dan biji-biji itu. Ketika batu-batu yang ada di dalam kantong itu habis, Abu Hurairah melemparkan kantong itu kepada hamba sahaya itu, lalu ia mengumpulkannya dan mengembalikannya ke dalam kantong dan menyerahkannya kepada Abu Hurairah”. (HR. Abu Daud).
وعن نعيم بن المحرر بن أبي هريرة عن جده أبي هريرة رضي الله عنه أنه كان له خَيْطٌ فِيه أَلْعَا عُقْدَةٍ، فَلاَ يَنَامُ حَتَّى ي سَب حَ بِه
Dari Nu’aim bin al-Muharrar bin Abi Hurairah, dari Abu Hurairah Kakeknya, sesungguhnya Abu Hurairah memiliki benang, pada benang itu ada seribu simpul, Abu Hurairah tidak tidur hingga ia bertasbih menggunakan (seribu simpul itu)246.
Imam asy-Syaukani berkata,
وقد ساق السيوطي آثارا في الجزء الذي سماه المنحة في السبحة وهو من جملة كتابه المجموع في العتاوى وقال في آخره :
ولم ينقل عن أحد من السلف ولا من الخلف المنا من جواز عد الذكر بالسبحة بل كان أكثرهم يعدونه بها ولا يرون في ذلك
مكروها انتهى
Imam as-Suyuthi telah menyebutkan beberapa atsar dalam satu juz yang beliau beri judul al-Min-hah fi as-Sab-hah, kitab yang tergaung dalam al-Fatawa (kumpulan fatwa), di akhirnya beliau katakana, “Tidak ada riwayat dari seorang pun, baik dari kalangan Salaf maupun Khalaf tentang larangan berzikir menggunakan tasbih, bahkan sebagian besar mereka menganggapnya dipakai saat berzikir, mereka tidak memakruhkannya. Selesai247.
Pendapat Imam Ibnu Taimiah:
وَعَدُّ التَّسْبِيحِ بِالْأصََابِاِ سُنَّةٌ كَمَا قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللََُّّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلن سَاءِ : } سَب حْنَ وَاعْقِدْنَ بِالْأصََابِاِ فَإِنَّهُنَّ مَسْئوُلَاتٌ
مُسْتنَْطَقَاتٌ { . وَأَمَّا عَدُّهُ بِالنَّوَى وَالْحَصَى وَنَحْوُ ذَلِكَ فَحَسَنٌ وَكَانَ مِنْ الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللََُّّ عَنْهُمْ مَنْ ي عْعَلُ ذَلِكَ وَقَدْ رَأىَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللََُّّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمَّ الْمُيْمِنِينَ تسَُب حُ بِالْحَصَى وَأَقَرَّهَا عَلَى ذَلِكَ وَرُوِيَ أَنَّ أَبَا ه رَيْرَةَ كَانَ يُسَب حُ بِهِ .
وَأَمَّا التسَّْبِيحُ بِمَا يُجْعَلُ فِي نِظَامٍ مِنْ الْخَرَ زِ وَنَحْوِهِ فَمِنْ النَّاسِ مَنْ كَرِهَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ يَكْرَهْهُ وَإِذَا أُحْسِنَتْ فِيهِ الن يَّةُ فَهُوَ حَسَنٌ
غَيْرُ مَكْرُوهٍ وَأَمَّا ات خَاذُهُ مِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ أَوْ إظْهَارُهُ لِلنَّاسِ مِثْلُ تَعْلِيقِهِ فِي الْعُنُقِ أوَْ جَعْ لِهِ كَالسُّوَارِ فِي الْيَدِ أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ فَهَذَا إمَّا
رِيَاءٌ لِلنَّاسِ أَوْ مَظِنَّةُ الْمُرَاءَاةِ وَمُشَابَهَةِ الْمُرَائِينَ مِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ : الْأَوَّلُ مُحَرَّمٌ وَالث اَّنِي أَقَلُّ أَحْوَالِهِ الْكَرَاهَةُ فَإِنَّ مُرَاءَاةَ النَّاسِ
فِي ا لعِبَادَاتِ الْمُخْتصََّةِ كَالصَّلَاةِ وَالصِ يَامِ وَالذِ كْرِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ مِنْ أَعْظَمِ الذُّنُوب
Menghitung tasbih dengan jari jemari adalah sunnah, sebagaimana sabda Rasulullah Saw kepada wanita, “Bertasbihlah, hitunglah dengan jari jemari, sesungguhnya jari jemari itu adalah ditanya dan akan dibuat berbicara”. Adapun menghitung zikir dengan biji-bijian atau batu-batu kecil dan seperti itu, maka baik. Sebagian shahabat melakukan itu. Rasulullah Saw melihat Ummul Mu’minin bertasbih menggunakan batu-batu kecil dan Rasulullah Saw mengakuinya. Diriwayatkan bahwa Abu Hurairah bertasbih menggunakannya248.
Pendapat Syekh Ibn ‘Utsaimin:
فإن التسبيح بالمسبحة لا يعد بدعة في الدين؛ لأن المراد بالبدعة المنهي عنها هي البدع في الدين، والتسبيح بالمسبحة إنما
هو وسيلة لضبط العدد، وهي وسيلة مرجوحة معضولة، والأفضل منها أن يكون عد التسبيح بالأصابا.
Sesungguhnya bertasbih menggunakan Tasbih tidak dianggap berbuat bid’ah dalam agama, karena maksud bid’ah yang dilarang adalah bid’ah dalam agama. Sedangkan bertasbih menggunakan Tasbih adalah cara untuk menghitung jumlah bilangan (zikir). Tasbih adalah sarana yang marjuhah (lawan rajih/kuat) dan mafdhulah (lawan afdhal). Afdhalnya menghitung tasbih itu dengan jari jemari249.
Sumber dari file pdf, 37 Masalah Populer oleh Ustad Abdul Somad Lc MA. Jika terdapat kesalahan copy paste dalam tulisan di atas, terutama untuk huruf arab, silahkan merujuk ke sumber aslinya. Download di sini.
Advertisement