Bermurah Hati dan Dermawan di Bulan Ramadhan | Kumpulan Hadits Puasa Ramadhan
Advertisement
Penawaran Terbatas! Paket Data 25GB Hanya Rp 90.000
Dapatkan kuota besar 25GB untuk semua nomor AS, Loop, dan simPATI hanya dengan Rp 90.000, berlaku selama 30 hari! Internet lancar tanpa khawatir kehabisan kuota, cocok untuk streaming, gaming, dan browsing sepuasnya!
Aktifkan sekarang dan nikmati kebebasan internet!
Read More Beli Paket
Advertisement
Bermurah Hati dan Dermawan di Bulan Ramadhan | Kumpulan Hadits Puasa Ramadhan
عن أبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال: ُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :(قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ ) أخرجه البخاري ومسلم
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Allâh Azza wa Jalla berfirman, ‘Semua amal perbuatan anak Adam untuk dirinya kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku-lah yang akan membalasnya.’Puasa adalah perisai. Apabila seseorang di antara kamu berpuasa, janganlah berkata kotor/keji dan berteriak-teriak. Apabila ada orang yang mencaci makinya atau mengajak bertengkar, katakanlah, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’ Demi Allâh yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allâh daripada aroma minyak kesturi. Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika berbuka puasa dan kegembiraan ketika bertemu dengan Rabb-nya.’ ia gembira dengan puasanya (bukhari muslim)
Teladan kita, Baginda Rasul SAW adalah manusia yang paling murah hati (dermawan), terutama pada bulan–bulan Ramadhan Oleh: Amiruddin Thamrin MA*
”Kami telah menentukan antara mereka penghidupan (rizki) mereka di dunia. Dan kami telah meninggikan beberapa derajat sebagian mereka atas sebagian yang lain, agar sebagian mereka dapat mengambil manfaat (mempergunakan) sebagian yang lain.” [al-Zukhruf: 43/32]
Interaksi antara individu dalam masyarakat telah diatur oleh agama dengan begitu indahnya berdasarkan prinsip saling kasih sayang, saling hormat menghormati serta saling memberikan keuntungan. Korelasi hubungan antara suami dan istri, antara pimpinan dan bawahan, antara anak dan orang tua, antara si kaya dan si miskin, antara Muslim dengan saudaranya non Muslim, semua diatur atas dasar saling hormat menghormati sehingga semua manusia di dunia ini sejajar, tidak ada yang merasa lebih tinggi, lebih terhormat atau lebih berkuasa antara satu dengan yang lain.
Kaitannya dengan korelasi antara si kaya dan miskin, agama mendorong umat untuk berupaya semaksimal mungkin dan bertawakal dalam mencari rezeki. Sekiranya kebutuhan masih belum tercukupi atau belum terpenuhi, islam tetap melarang meminta-minta kecuali darurat sekali.
Agama melarang keras seorang Muslim untuk minta-minta, apalagi menjadikan minta-minta ini sebagai profesi. Kemiskinan bukanlah sesuatu yang memalukan dan keaiban dalam Islam, yang aib adalah kemalasan, makan rezeki tak halal dan mudah putus asa.
Baginda Rasul SAW pernah bersumpah bahwa seorang yang mencari rezeki dengan mencari dan menjual kayu bakar, jauh lebih baik dari pada orang yang meminta-minta kepada orang lain, baik diberi atau tidak diberi. Sebaliknya agama memuji orang yang bersikap muta’afif, yaitu orang miskin yang menjaga kehormatan dirinya dengan tidak meminta-minta kepada orang lain.
Sementara itu, pada saat yang sama, melalui ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi SAW banyak sekali yang mendorong orang yang mampu untuk mengulurkan tangan, bersedekah dengan memberikan bantuan kepada orang yang tidak mampu, tanpa harus menunggu untuk diminta. Dengan demikian hubungan antara yang memberi dan diberi tetap mesra dan terhormat, hubungan saling membutuhkan, sehingga si kaya dapat memberi dengan penuh keikhlasan karena tanpa harus diminta, begitu pula kehormatan si penerima tetap terjaga karena mereka diberi tanpa harus meminta.
Hal penting lain dalam bersedekah hendaknya bantuan diutamakan bagi kerabat keluarga yang miskin terlebih dahulu, karena sebagaimana dalam sebuah hadits yang menekankan bahwa pemberian kepada fakir miskin merupakan sedekah, tetapi jika diberikan kepada kerabat keluarga yang miskin merupakan sedekah dan penyambung silaturahim, yakni mendapatkan pahala sedekah dan pahala silaturahim. Barulah setelah itu diperuntukkan bagi para fakir miskin secara umum, terutama yang muta’affif.
Karenanya, kepada yang kaya penderma atau badan yang mewakilinya untuk selektif dan teliti dalam mencari dan memberikan bantuan kepada fakir miskin agar tidak tertipu.
Saat seseorang mengulurkan tangannya kepada fakir miskin, pada hakekatnya fakir miskin tersebut juga membuka jalan, memberikan bantuan kepada si kaya yang mendermakan hartanya. Fakir miskin yang menerima sedekah tadi berarti telah mengulurkan tangannya demi kepentingan dan kemaslahatan si pemberi sendiri.
Bersedekah mengajak pelakunya kepada kelanggengan dan bertambahnya rezeki, terhindar dari petaka musibah, dapat menyembuhkan penyakit, memperoleh ganjaran pahala yang berlipat dan pada gilirannya insya Allah akan mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya kelak.
Marilah kita jadikan bersedekah sebagai simbol dan syiar Islam, terutama pada bulan Ramadhan ini. Teladan kita, Baginda Rasul SAW adalah manusia yang paling murah hati (dermawan), terutama pada bulan–bulan Ramadhan.
Advertisement