Cerpen Islami Hikmah di Balik Cobaan Berat
Advertisement
Penawaran Terbatas! Paket Data 25GB Hanya Rp 90.000
Dapatkan kuota besar 25GB untuk semua nomor AS, Loop, dan simPATI hanya dengan Rp 90.000, berlaku selama 30 hari! Internet lancar tanpa khawatir kehabisan kuota, cocok untuk streaming, gaming, dan browsing sepuasnya!
Aktifkan sekarang dan nikmati kebebasan internet!
Read More Beli Paket
Advertisement
Cerpen Islami Hikmah di Balik Cobaan Berat | Pagi itu, Regina seorang gadis kecil bermata biru berambut pirang,
terlihat berpakaian rapi dengan parfum yang amat wangi. Ia telah dinanti
Ayahnya di depan pintu gerbang rumah sang Bunda. Iya, Ayah dan Bundanya
tak bersama lagi, namun mereka tetap berhubungan satu sama lain. Regina
sangat bahagia sekali walaupun keluarganya tak bersatu lagi namun ia
disayang layaknya anak yang masih punya keluarga yang sempurna.
Suatu hari, sang Bunda jatuh sakit dan terpaksa dibawa ke rumah
sakit. Bundanya terkena ledakan bom di kantornya yang menyebabkan luka
bakar di sekujur tubuh Bunda Regina. Regina yang mengetahui Bundanya
sekarat itu tak henti-hentinya menagis. Sang Ayah mencoba menenangkan
dan menghibur Regina dengan kasih sayang yang amat tulus, namun Regina
tetap saja menangis walau tak begitu sedu. Setelah satu hari menunggu
Bunda di luar, Regina dan Ayahnya diperbolehkan dokter untuk masuk
menjenguk Bunda tanpa harus bersuara berisik. Mereka masuk ke dalam
ruangan sambil berhati-hati untuk menjaga ketenangan. Mereka berdua
memanjatkan doa berharap seakan-akan sang Bunda siuman. Sang Ayah
berpamitan kepada Regina untuk ke luar sebentar mencari nasi untuk
disantap sebagai makan malam. Setelah sang Ayah pergi Regina berbisik
lirih di telinga Bundanya.
==================
Cerpen Islami Hikmah di Balik Cobaan Berat
kumpulan cerpen islami asma nadia
cerpen islami pernikahan
cerpen islami lucu
cerpen islami helvy tiana rosa
cerpen islami terbaru
kumpulan cerpen islami
cerpen cinta islami
kumpulan cerpen islami asma nadia
cerpen islami pernikahan
cerpen islami lucu
cerpen islami helvy tiana rosa
cerpen islami terbaru
kumpulan cerpen islami
cerpen cinta islami
==================
“Bun, kenapa Bunda harus terbaring di sini, terbaring di tempat
sempit dan berbau obat ini? Kenapa Bunda harus masuk ke tempat yang tak
selayaknya Bunda masuki?”
Dengan raut wajah Regina yang begitu memelas, ia mulai meneteskan air
mata sedikit demi sedikit air mata itu membasahi pipi Regina yang manis
itu. Ayah datang membawa dua bungkus nasi kucing yang ia beli di depan
rumah sakit, Regina langsung mengelap air yang membasahi pipinya.
“Nih Ayah bawakan kamu nasi, gih dimakan kamu kan belum makan dari tadi,” bujuk Ayahnya.
Tapi Regina menjawab dengan pasti, “Tapi Bunda belum makan dari tadi, Ayah nggak kasihan sama Bunda?”
“Bunda udah pakai infus sayang, jadi nggak perlu makan, lagi pula kalau Bunda makan gimana caraya,” kata sang Ayah memperjelas.
Akhirnya dengan bujukan sang Ayah Regina mau menyantap makan malam dengan nasi sederhana itu.
“Nih Ayah bawakan kamu nasi, gih dimakan kamu kan belum makan dari tadi,” bujuk Ayahnya.
Tapi Regina menjawab dengan pasti, “Tapi Bunda belum makan dari tadi, Ayah nggak kasihan sama Bunda?”
“Bunda udah pakai infus sayang, jadi nggak perlu makan, lagi pula kalau Bunda makan gimana caraya,” kata sang Ayah memperjelas.
Akhirnya dengan bujukan sang Ayah Regina mau menyantap makan malam dengan nasi sederhana itu.
Suatu ketika, Regina harus masuk rawat inap mungkin karena terlalu lelah menunggu sang Bunda siuman dari koma panjangnya.
“Hmm Ayah sedih kamu masuk ke sini,” kata Ayah sambil mengelus kening Regina dengan lembut.
“Tapi di sini, di ruang ini Regina bisa merasakan terbaring lemah tak berdaya walau tak selemah Bunda,” kata Regina kaku kepada Ayahnya.
“Tetapi tak begini juga caranya sayang,” kata sang Ayah menjelaskan.
“Hmm Ayah sedih kamu masuk ke sini,” kata Ayah sambil mengelus kening Regina dengan lembut.
“Tapi di sini, di ruang ini Regina bisa merasakan terbaring lemah tak berdaya walau tak selemah Bunda,” kata Regina kaku kepada Ayahnya.
“Tetapi tak begini juga caranya sayang,” kata sang Ayah menjelaskan.
Terlihat dokter sedang memanggil Ayah, Ayah pun mendekat berharap ada
kabar baik dari kesehatan Bunda Regina. Oh Ayah salah ternyata Bunda
Regina bukanya semakin membaik malah tambah kritis.
“Pak begini Bunda Regina semakin lama semakin kritis kemungkinan tanpa mukzijat Tuhan, besok ia sudah tiada,” kata dokter terlihat ragu.
“Hah nggak mungkin dok, nggak mungkin, bagaimana jika Regina tahu kalau Bundanya akan meninggal?” tanya Ayah ke dokter dengan bingung.
“Saya turut berduka cita saja pak, Bapak harus sabar dan tabah dengan semua yang terjadi ini,” kata dokter sambil berlalu pergi.
“Rasanya hidup tiada artinya, gimana kalau Regina tahu, gimana kalau ia tahu Bundanya akan segera tiada, bagaimana? mungkin aku harus berdoa dan beribadah berharap Sang Pencipta memberi mukzijat.” kata Ayah dalam hati dan berpamitan untuk ke musala seberang.
“Pak begini Bunda Regina semakin lama semakin kritis kemungkinan tanpa mukzijat Tuhan, besok ia sudah tiada,” kata dokter terlihat ragu.
“Hah nggak mungkin dok, nggak mungkin, bagaimana jika Regina tahu kalau Bundanya akan meninggal?” tanya Ayah ke dokter dengan bingung.
“Saya turut berduka cita saja pak, Bapak harus sabar dan tabah dengan semua yang terjadi ini,” kata dokter sambil berlalu pergi.
“Rasanya hidup tiada artinya, gimana kalau Regina tahu, gimana kalau ia tahu Bundanya akan segera tiada, bagaimana? mungkin aku harus berdoa dan beribadah berharap Sang Pencipta memberi mukzijat.” kata Ayah dalam hati dan berpamitan untuk ke musala seberang.
“Ya Allah Ya Tuhanku berikan kesembuhan kepada mantan isteriku dan
anak manisku berikan mukzijatmu. Ya Allah karena hanya Engkaulah yang
bisa ku mintai pertolongan,” doa Ayah dalam selesai salat.
Sekembalinya Ayah ke ruangan Regina dirawat, Regina sudah tiada,
pergi ke mana dia, setelah dicari ternyata dia sedang menangis di ruang
IGD sang Bunda dirawat.
“Oh Regina sayang mengapa kau menangis?” tanya Ayah kebingungan.
“Ayah tak usah bohong, aku tahu jika besok Bunda akan meninggal.”
“Siapa yang bilang sayang, itu semua salah.”
“Buktinya hp Ayah ada sms dari tante Tuti, kalau Bunda akan meninggal besok,” bentak Regina.
“Itu kan hanya dokter yang memprediksi hanya yang di atas yang tahu. Sudahlah sayang lebih baik kita berdoa saja berharap Bunda diberi kesembuhan,” kata Ayah dengan lembut.
“Oh Regina sayang mengapa kau menangis?” tanya Ayah kebingungan.
“Ayah tak usah bohong, aku tahu jika besok Bunda akan meninggal.”
“Siapa yang bilang sayang, itu semua salah.”
“Buktinya hp Ayah ada sms dari tante Tuti, kalau Bunda akan meninggal besok,” bentak Regina.
“Itu kan hanya dokter yang memprediksi hanya yang di atas yang tahu. Sudahlah sayang lebih baik kita berdoa saja berharap Bunda diberi kesembuhan,” kata Ayah dengan lembut.
Dengan kesungguhan dan pecaya Bunda kan sembuh, Regina selalu
berdzikir, berdoa, meminta pada Sang Kuasa agar sang Bunda bisa sembuh
seketika. Selesai berdoa Regina menangis dan berbisik lirih pada sang
Bunda.
“Bun, kalau Bunda udah nggak kuat aku ikhlas Bunda harus pergi, tapi kalau Bunda masih pengin hidup aku dan Ayah akan mencoba membantu Bunda.”
“Bun, kalau Bunda udah nggak kuat aku ikhlas Bunda harus pergi, tapi kalau Bunda masih pengin hidup aku dan Ayah akan mencoba membantu Bunda.”
Tanpa memperhatikan Bundanya lagi Regina berlari dengan langkah yang
terpapah-papah karena belum pulih. Sang Ayah yang masih menunggu di IGD
melihat Bunda Regina meneteskan air mata, Ayah pun spontan senang dan
memanggil dokter untuk menanganinya.
“Sungguh luar biasa kuasa Tuhan ini aku tak menyangka bahwa ia secepat ini pulihnya, kau sangat beruntung,” kata dokter kepada Ayah.
“Sungguh luar biasa kuasa Tuhan ini aku tak menyangka bahwa ia secepat ini pulihnya, kau sangat beruntung,” kata dokter kepada Ayah.
Terlihat kondisi Bunda yang semakin membaik, dokter memindahkannya ke
ruang rawat inap biasa tepat di samping aku berbaring. Huft Bunda
secepat ini sembuh, aku amat bahagia begitu juga Ayah.
Lima Minggu kemudian Bunda diperbolehkan pulang dan Ayah memutuskan
untuk rujukan lagi ma Bunda. Sebelumnya aku tak tahu mengapa Tuhan
memberikan cobaan seberat ini namun sekarang aku tahu Dia memberi cobaan
ternyata untuk ini, untuk kebahagiaanku. Tak sia-sia aku harus melawan
badai kehidupan, tak sia-sia aku menangis, tak sia-sia Bunda harus
sakit-sakitan, tak sia-sia Ayah mencari uang, hanya demi kesempurnaan
sebuah keluarga kecil ini. Makasih Ya Allah.
Cerpen Karangan: Taqiyya Hikma Rodhiyya
Facebook: Taqiyya Hikma
School: Junior High School 1 Wonogiri
Adress: Giritontro, Wonogiri, Central Java
Facebook: Taqiyya Hikma
School: Junior High School 1 Wonogiri
Adress: Giritontro, Wonogiri, Central Java
Advertisement