Cerpen Islami Kehidupanku di Negeri Setengah Mesir
Advertisement
Penawaran Terbatas! Paket Data 25GB Hanya Rp 90.000
Dapatkan kuota besar 25GB untuk semua nomor AS, Loop, dan simPATI hanya dengan Rp 90.000, berlaku selama 30 hari! Internet lancar tanpa khawatir kehabisan kuota, cocok untuk streaming, gaming, dan browsing sepuasnya!
Aktifkan sekarang dan nikmati kebebasan internet!
Read More Beli Paket
Advertisement
Cerpen Islami Kehidupanku di Negeri Setengah Mesir | Namaku Andi Affandi keluarga dan teman-temanku sering memanggilku
andi. Aku tinggal di sebuah desa kecil di pulau sumatera. Aku bersekolah
di pulau seberang, tepatnya di pulau jawa. Sejak aku lulus sekolah
dasar, Ibu dan Ayah memondokkanku di sebuah pondok pesantren yang ada di
pulau jawa itu. Aku sangat bosan menjalani hidupku di negeri setengah
mesir alias pesantren ini. Sekarang aku duduk di kelas 5 alias kelas 2
aliah. Dan sekarang aku ingin bercerita tentang kehidupanku di negeri
setengah mesir ini, ppm-al-hasyimiyah.
cerpen islami romantis
kumpulan cerpen islami asma nadia
cerpen islami pernikahan
cerpen islami lucu
cerpen islami helvy tiana rosa
cerpen islami terbaru
kumpulan cerpen islami
cerpen cinta islami
Suatu ketika aku bangun pagi hari. Aku melihat jam dinding
menunjukkan pukul 03.45.15 menit lagi Kakak-Kakak pengurus akan
membangunkan para pasukan kopiah alias santri untuk berangkat ke masjid.
Syukurlah, hari ini aku bangun pagi, aku mengambil wudu dan berangkat
ke masjid. Aku melaksanakan salat tahajud dan setelah itu dilanjutkan
dengan dzikir. Ketika itu ada suara seseorang yang menangis di balik
tirai. Ketika aku melihatnya, ternyata dia adalah seorang santriah.
Awalnya, aku urungkan niat untuk bertanya kepadanya. Akan tetapi karena
tidak ada orang satu pun di masjid itu kecuali aku dan dia, aku mulai
memberanikan diri untuk bertanya kepadanya.
“ekhm, ukhti.. limadza, kenapa?” aku mulai betanya. Akan tetapi dia tidak menjawab pertanyaanku.
“ukhti…” dia mendongakkan kepala ke arahku.
“kangen sama rumah” jawabnya. Aku berani mendekatinya.
“masmuki, siapa namamu?” tanyaku.
“Annisa” jawabnya singkat.
“kelas 3 yah?” ungkapku asal. Dia mengangguk. Ketika aku sedang mengobrol dengan Annisa.
“ekhm… madza amiltum huna, apa yang kalian lakukan di sini?” aku menoleh terkejut.
“ukhti…” dia mendongakkan kepala ke arahku.
“kangen sama rumah” jawabnya. Aku berani mendekatinya.
“masmuki, siapa namamu?” tanyaku.
“Annisa” jawabnya singkat.
“kelas 3 yah?” ungkapku asal. Dia mengangguk. Ketika aku sedang mengobrol dengan Annisa.
“ekhm… madza amiltum huna, apa yang kalian lakukan di sini?” aku menoleh terkejut.
Astaghfirullah, aku terkejut, ada seorang Kakak pengurus bagian
keamanan berdiri di belakangku. Aku berdiri dengan menundukkan kepala.
“sedang apa kamu di sini?” tanya kak Iqbal. Seorang Kakak pengurus bagian keamanan tadi. Aku hanya menggelengkan kepala.
“sudah tahu peraturan di sini kan, berapa lama kamu di sini. Kamu di sini sudah lima tahun Andi. Kamu sudah sering melanggar kedisiplinan di sini, saya harus melaporkan semua ini ke ustadz Ainul”
Aku tertunduk.
“sedang apa kamu di sini?” tanya kak Iqbal. Seorang Kakak pengurus bagian keamanan tadi. Aku hanya menggelengkan kepala.
“sudah tahu peraturan di sini kan, berapa lama kamu di sini. Kamu di sini sudah lima tahun Andi. Kamu sudah sering melanggar kedisiplinan di sini, saya harus melaporkan semua ini ke ustadz Ainul”
Aku tertunduk.
Ustadz ainul adalah salah satu staff pengasuhan di ppm ini. Malam
harinya aku dipanggil oleh kak Iqbal agar menghadap Ust. Ainul di kantor
KMI. Aku duduk di hadapan Ust. Ainul. Tanganku gemetar.
“apa kesalahanmu?”
“afwan tad, maaf, saya sudah sering kabur dan mengobrol dengan santriyah”
“apa kesalahanmu?”
“afwan tad, maaf, saya sudah sering kabur dan mengobrol dengan santriyah”
Setelah lama diintrogasi.
“kamu siap dikeluarkan dari pondok ini?” tanya Ust. Ainul.
Ya Allah, aku tertegun. Suasana hening. Aku dikeluarkan? Ya Allah, apa kata orangtuaku nanti?
“mulai besok, kamu boleh ke luar dari pondok ini, tafadhal ukhruj, silahkan ke luar,” perintahnya. Aku ke luar dari kantor. Aku kembali ke kamar.
“kamu siap dikeluarkan dari pondok ini?” tanya Ust. Ainul.
Ya Allah, aku tertegun. Suasana hening. Aku dikeluarkan? Ya Allah, apa kata orangtuaku nanti?
“mulai besok, kamu boleh ke luar dari pondok ini, tafadhal ukhruj, silahkan ke luar,” perintahnya. Aku ke luar dari kantor. Aku kembali ke kamar.
Malam itu aku tidur tak nyenyak karena memikirkan hari esok. Aku
salat tahajud di asrama. Pagi harinya aku urungkan niat untuk pergi ke
masjid. Aku salat subuh di kamar. Setelah itu aku mengemasi semua
barang-barangku. Aku pamit dan meminta maaf kepada seluruh warga
ppm-al-hasyimiyah. Termasuk juga para ustadz dan ustadzah. Saat itu
adalah saat-saat yang tak pernah bisa ku lupakan.
Aku gagal. Aku menyesal telah mengecewakan Ayah dan Ibu. Ketika itu, aku pulang dengan tangan hampa.
Cerpen Karangan: Annisa fujiyanti
Facebook: Anisa fujiyanti
Nama: Annisa fujiyanti
Alamat: ciwanan cilegon banten
PPM.AL-HASYIMIYAH, Ciwandan, Cilegon, Banten.
Facebook: Anisa fujiyanti
Nama: Annisa fujiyanti
Alamat: ciwanan cilegon banten
PPM.AL-HASYIMIYAH, Ciwandan, Cilegon, Banten.
Advertisement